Sabtu, 14 Mei 2011

Kisah nyata pengorbanan seorang wanita di Timor Leste

CERITA PENDEK     Ibuku.....bukan orang biasa......
Pagi yang begitu indah, terima kasih banyak atas cinta dan kasihMu karena napas ini masih terus menghirup pagi yang cerah ini. Kata sambutan doa yang salalu aku lantunkan saat bangun pagi, segarnya udara pagi saat detik-detik menunggu pergantian tahun 2008 ke 2009. Natal yang sepi, mungkin kata yang pas untuk aku yang lagi bete dan sungguh-sungguh bete, melepas kepenatan di kamar mandi mungkin hal yang paling menyenangkan dan berlama-lama duduk di kloset untuk membuang semua sampah di perut. Selesai mandi seperti hari-hari biasa yaitu mulai memasak nasi di rice cooker dan menunggu sampai matang untuk mengisi perut yang kosong ini biar tidak menjerit-jerit kelaparan, huh hari yang begitu membosankan tidak ada rencana dan hanya menonton acara TV yang hampir tiap tahun sama aja.


Dalam benak pengennya keluar kota tapi dengan siapa, masa habisin waktu hanya di kos sendiri dan itu membosankan sekali, setelah selesai makan ide cemerlang muncul nih di otak. “Handphone” aku mulai mencari handphone yang semalam aku simpan di bawa bantal karena tidak ada orang yang meneleponku atau sekedar mengucapkan salam buatku, huh menyedihkan banget. Aku menghubungi kedua sahabatku heny dan tian, kami bertiga bersahabatan dari awal masuk kuliah pertama kali sampai sekarang, kata orang sih...kami bertiga “friends forever” em...kayak gank anak SMA aja. Sedikit pengenalan tentang mereka; heny...gadis gendut, pendek dan banyak jerawat tapi dia manis, kalo liat secara fisikly em....tidak begitu gendut-gendut amat, cantik, baik agak sedikit bawel dan em...lumayan perhatian, satu lagi yang aku suka dari heny itu rambutnya...wow asli lurus dan bukan korban listrik loh (rebonding) hanya pake sampoo hehehe kayak iklan TV gitu. Nah kalo tian cewe dari bali, mata sipit, paling gendut dari ku sama heny, baik and sangat keibuan, hanya ada lucunya, matanya itu sipitnya beda dengan orang cina, lebih lucu lagi diakan orang bali mukanya macam orang jepang hahaha kan tidak nyambung mungkin saat mamanya hamil ketemu sama orang jepang kali ya.....
Kita bertiga lalu memutuskan untuk berakhir tahun yang tinggal beberapa jam lagi sudah tahun 2009 di jogjakarta, rencana dadakan dan tidak terduga, bajet yang dikit di tambah perjalanan bus yang makan waktu 4 jam belum macet dijalan huh betul-betul menyebalkan dari waktu tempuh yang biasanya 4 jam berubah menjadi 6 jam perjalanan, perut rasanya keroncongan, pipis, dan bersesak-sesakan di bus, rasanya pengen mati aja di dalam bus. Tapi itu pengalaman yang begitu menyenangkan hehehhe dan tentunya tidak terlupakan.

Melewati perjalanan yang begitu melelahkan akhirnya kami sampai juga di tempat tujuan, kota jogjakarta, kami menginap dikos-kosanya eka, kerabat jauh ku, hehehehe. Setelah istirahat beberapa menit kami menuju tempat yang ramai dan wow begitu terkejutnya kami saat melihat lautan manusia di jantung kota jogja benteng namanya. Perut yang terus menjerit kelaparan akhirnya terisi juga oleh sate yang di jual di pinggiran jalan. Eka lalu menghubungi teman-temannya yang lain untuk menjemput kami agar bergabung dengan mereka. Awalnya sih kita bertiga tidak setuju karena kita pengenya sendiri dan menikmati malam pergantian tahun hanya bertiga, tapi berhubung lautan manusia di jantung kota makanya kita mau aja ikut takut hilang, apalagi kami bertiga tidak begitu hafal jalan di jogja.
Beberapa menit menuggu akhirnya tiga orang cowok datang menjemput kami, dan pada waktu itu juga hatiku bergetar saat dia berkenalan dengan aku, ini merupakan sejarah cintaku yang tidak pernah aku lupakan, matanya, sentuhanya saat mengucapkan selamat kepadaku membuat aku senyum-senyum seakan hatiku di gelitik oleh seseorang dan saat itu aku jatuh cinta pada kekasihku yang sekarang ini aku begitu mencintainya.

Cerita diatas merupakan awal dari pembukaan kisah hidup yang penuh dengan tantangan dan pengorbanan sebuah keluarga kecil yang mengiginkan kebebasan, hanya untuk suatu kehidupan yang lebih baik.

"M F F P" inisial dari nama yang begitu bermakna dihatiku, aku sering mendengarkan banyak cerita dari dia, kami berdua sering bertukar pikiran tentang apa aja yang kami rasa patut untuk diperbincangkan, baik masalah kuliah, masalah keluarga, pengetahuan umum (politik, budaya, kultur, teknologi dll) maupun masalah sex, dan itu sangat menyenangkan. Aku sangat menikmati masa pacaran kami, walaupun kami berbeda tapi kami mampu menyatukan perbedaan, kisah kasih yang kami rajut tentu bukan cinta biasa, berapa biaya yang habis karena masalah jarak untuk sekedar menyapa selamat pagi sayang hehehe maksudnya pengorbanan pulsa hehehe. kami saling mendukung satu sama lain, dan kami juga pernah melakukan satu kesalah yang fatal bersama-sama, itu merupakan pembelajaran bagi kami agar lebih baik lagi dalam membina hubungan yang baik. Setelah lama mengenal migi saya merasakan kenyamanan dan semakin sayang padanya kisah hidupnya lah yang membuat saya terkesimah dengan pribadinya.

Berawal dari sebuah desa kecil di lospalos (salah satu desa yang bernama Fuiloro tepatnya di kampung lausepu). Migi, saat berumur beberapa bulan dalam kandungan ibunya, dia mengalami kekerasan batin yang tidak bisa di lukiskan secara nyata, keadaan itu merupakan keadaan yang sangat sulit untuk dilupakan, kekerasaan karena adanya perang yang terjadi akibat dari pertikaian panjang yang merebut tanah tercinta. Tujuh bulan dalam kandungan ia harus merasakan pahitnya hidup dengan perjuangan gigihnya seorang wanita yang mungkin saat itu dia rapuh karena kehilangan suami tercinta. Bukan hal yang mudah bagi seorang wanita yang umurnya separuh baya dalam menjalani kehidupan yang begitu kejam, entah mau menyalahkan siapa, bahkan tuhanpun tak dapat dikatakan salah.

Perjuangan yang panjang dan melelahkan tapi wanita ini tidak pernah putus asa dalam melangkah, mungkin pernah terbesit dihatinya bahwa dunia begitu kejam tapi karena kejamnya dunia itu harus ia taklukan maka ia terus melangkah, pengorbanan yang tidak bisa di tebus oleh apapun, cara pandang hidup yang kuat dan nyata membuat wanita ini selalu tegar, kepergian kekasih, suami, bapa dari anak-anaknya tidak menyurutkan api semangat untuk terus berjuang, walaupun nyawa sebagai taruhannya, dia begitu kuat dan sangat kuat walaupun tidak sedikit yang mengucilkan keluarganya. Keadaan ekonomi dan stastus membuat gerak-geriknya selalu di perhatikan oleh segelintir orang yang ingin menghancurkannya, bahkan saat dimana dia harus berjuang sendiri untuk melahirkan buah hatinya pun di intip oleh mereka yang tidak mempunyai hati nurani. Sepeninggalan suaminya, dia yang berinisial “A M F” ini tetap bertahan dengan hidup yang penuh dengan pandangan sinis dari segelintir orang. kepergian orang yang sangat dia sayangi tentu menorehkan luka yang amat dalam, apalagi kepergian kekasihnya ini karena membela tanah air hanya untuk mencapai satu tujuan yaitu kebebasan, kemerdekaan.

Luka tentu akan selalu membekas tapi duka harus di hapus dengan melangkah maju meneruskan cita-cita suaminya. Keadaan yang begitu kejam membuat dirinya melalui hari-hari yang menakutkan, dimana ia selalu dipanggil masuk markas penjajah untuk memjawab pertanyaan dari mereka, hal ini membuat ia lalu menitipkan anak-anaknya untuk dibesarkan terpisah dari dia untuk beberapa saat. Aku dapat merasakan hati yang tersakiti dan sangat-sangat perih.

Kekuatan yang hebat dan sangat hebat bagi seorang wanita dengan dua putra, menyadang nama besar suaminya “F” yang merupakan komandan salah satu pasukan yang dikatakan pemerintah indonesia pada saat itu adalah GPK (gerakan pengacau keamanan) bukan hal yang mudah. Pada kenyataannya mereka berjuang untuk meraih apa yang telah lama nenek moyang inginkan tapi mereka malah di katakan sebagai orang-orang yang mau menghancurkan kedaulatan negerinya, pertanyaan apakah membela untuk bebas mandiri itu merupakan kesalahan??? Sangat disayangkan terkadang perjungan mereka dianggap sebagai sampah yang mengotori jalanan sehingga harus dibersihkan, padahal merekalah yang mempunyai tanah ini, mereka lah yang mempunyai alam ini, merekalah yang mempunyai air dan udara ini. Tentunya bukan suatu kesalahan untuk mempertahankan semuanya, bukan pula suatu kejahatan.

Hati merintih bahkan terluntah, pada saat itu banyak masyarakat yang di manfaatkan dengan iming-iming kesejahteraan yang abadi dan kemajuan yang menjanjikan, padahal semua itu hanya kemunafikan agar mereka dapat menguasai apa yang menjadi milik tanah timor, tetapi sedikitpun jiwa tidak terpengaruh dengan semuanya, bahkan dia rela merelekan nyawa keluarganya demi mempertahankan kebenaran yang ia miliki. Sungguh perjuangan yang tiadatara untuk negaranya.
Di sisi lain mama (yang sering disapa) kuat menghadapi hidup dengan menyadang janda. Dapat kita ketahui dimasyarakat janda biasanya dianggap sebagai orang yang hina dan duri bagi mereka yang mempunyai keluarga, tentunya ini masalah pribadi yang sangat kompleks karena harus bisa menempatkan diri, opini masyarakat yang tidak tahu adat seperti ini sangat disayangkan, belum lagi membesarkan kedua anak yang saat mereka tumbuh besar banyak pertanyaan yang harus ia jawab, seperti; bapa dimana? Bapa saya yang mana? Rupanya seperti apa?? Tentu bukan pertanyaan yang mudah bagi orang tua tunggal, harus cari alasan yang baik sampai kedua anaknya mengerti apa yang sebenarnya terjadi. Dirumah lusuh ia terus tegar memberi alasan-alasan yang jelas dan terus memantau perkembangan anak-anaknya, ia harus berperan sebagai apapun, yang bisa ia perankan untuk melindungi buah hatinya, ia dapat berperan sebagai ibu, bapa, teman, bahkan sebagai pembantu untuk mendampingi kedua anaknya. Pekerjaan yang sederhana dan mungkin bagi sebagian orang adalah perkerjaan hina pernah ia lakoni, asal semua itu halal. Tak ada kemurahan dari pemerintah saat itu untuk memberikan sedikit kebaikan bagi ia dan anak-anaknya bahkan ia malah dihujat dan dilempari dengan batu-batu kejelekan, tapi ia tak henti-hentinya untuk melantunkan pujian untuk mereka, kegigihan yang patut di ajukan jempol.

Saat anaknya menginjak bangku sekolah dasar, ini bukan hal yang mudah, nama bapak tercinta tentunya membuat keduanya sengsara, tapi mereka tidak pernah merasa hina dengan nama itu, mereka bangga akan nama yang indah itu, mereka bahkan tidak takut dengan apapun karena nama itu, nama yang hanya tinggal nama, nama yang tidak pernah membelai mereka, bahkan mungkin dalam mimpi sekalipun. Saat migi bercerita dia sangat bangga dengan nama bapanya sampai dia menuliskan nama itu di baju seragamnya dan berkata bahwa dia adalah anak dari nama itu (saat di bangku SD). Keharuan menyelimuti benak ku saat itu, ingin sekali mengulang waktu dan melihat semuanya. Mereka sering menyayikan lagu-lagu perjuangan, seiring dengan berjalannya waktu anak-anak ini tumbuh dan mengerti apa yang telah menimpah orang tua mereka, terutama papa tercinta.

Waktu terus berlalu hal yang sama harus mereka jalani bertiga dalam keadaan seperti saat itu, bersembunyi dari hingar bingar keramaian, dimana semua mata memandang mereka adalah orang-orang yang tidak patut untuk diberi hati, sungguh keadaan yang begitu ironis, sungguh kisah hidup yang begitu menyedihkan. Mungkin kah kisah ini berlanjut??? Pertanyaan yang sangat simple, Tuhan tidak akan menguji umatnya lebih dari batas kemampuanya, Tuhan tidak pernah tidur, matanya selalu memandang semua manusia yang ada di bumi, terjawablah segalanya saat tanah itu seutuhnya menjadi milik yang punya, referendum 1999 merupakan bukti yang begitu nyata secara yuridis dunia mengakui adanya negara baru di tahun 2002.

Ini membuktikan bahwa mereka juga mampu, mereka juga menginginkan semua ini, bukan hanya burung yang ingin memiliki kebebasan tapi mereka juga, kilas balik selama 24 tahun bagaikan 1 abat bagi mereka hidup dalam ketakutan dan ketikdaknyamanan, merenggut semua keceriaan, menahan perih yang berkepanjangan, deraingan suka yang terus mengalir sejalan dengan keabadian kebebasan yang kini mereka capai. Api pertikaian kini telah di padamkan tapi sebenarnya ini bukanlah akhir dari suatu kehidupan tapi ini adalah awal yang tentu sangat sulit untuk dijalankan, dimana orang-orang yang berkepentingan mungkin akan diabaikan dan orang-orang yang dulu hanya sebagai penjilat kini mulai mencari nama agar mereka dapat diakui bahwa mereka juga mempunya andil di masa lalu, sungguh kenyataan yang sangat mengharukan.

Saat kesusahan yang begitu mendalam, kemana tangan-tangan kebaikan yang sekarang menjerit-jerit dengan lantang? Kemana?? Sungguh berbuatan yang hanya dapat dikatakan dengan satu kata “MUNAFIK”. Mereka tidak menyadari bahwa bangsa ini milik mereka, milik anak cucu, tapi kenapa mereka mengorbankan semuanya untuk kepentingan orang lain??? Tapi kita tidak bisa menyalahkan mereka, mungkin mereka berbuat begini karena tuntukan kehidupan juga, tapi kenapa??? Hanya karena iming-iming mereka secepat itu tergiur???? Tidak dipungkiri ini menyangkut hati dari masing-masing individu.

awal baru begitu pula kehidupan keluarga migi, dahulu orang-orang yang menjauhkan diri dari mereka, kemudian datang berbondong-bondong untuk menjadikan mereka tuan, dahulu mereka yang melempar dengan batu-batu kejahatan kini datang dengan senyuman tanpa dosa sedikitpun, dahulu mereka yang mungkin tidak pernah menganggap keluarga kini membaggakan diri bahwa mereka adalah salah satu kerabat dekat. Huh……sungguh terlambat untuk melakukan itu. Memaafkan mungkin akan dapat dilakukan tapi perbuatan mereka akan terus membekas, karena noda akan terus membekas. Hati seorang ibu mana yang tidak miris dengan keadaan ini, tapi dia tetap memaafkan semuanya, dia tetap menerima segalanya, karena dia tahu bahwa segala yang telah terjadi memang membutukan pengorbanan yang tidak sedikit. Harga yang di pertaruhkan untuk mendapatkan semuanya, inilah perjuangan yang akan terus terukir dengan indah didalam hatinya, hati seorang wanita yang tegar, hati seorang wanita yang luar biasa, hati seorang wanita yang super.

Sebuah puisi untukMu….

Tak ada yang tahu hati berkata apa
Tak ada yang tahu rasa ini menginginkan apa
Tak ada yang tahu rintihan ini untuk siapa
Hanya dia yang tahu betapa sakit dan perihnya luka ini
Perdulikah rumput saat dia merintih????
Perdulikah langit saat dia memohon???
Perdulikah alam saat dia kehilangan???
Habis sudah air mata
Habis sudah keceriaan
Habis sudah tawa indah
Yang ada tinggal menunggu jawaban doa
Pada yang empunya nafas ini…
Musnah semua tembok pertahaan
Tapi dia tetap tegar untuk berdiri di baris depan
Dia tidak pernah merasakan lelah walaupun semua yang dia cintai telah pergi
Dia bagaikan tetasan jamrud di pagi hari
Dia bagaikan mutiara di tengah padang pasir
Dia bagaikan fajar yang menyinari bumi di pagi hari dan menutup di sore hari
Dua belahan jiwanyalah yang membuat dia tetap tegar
Tegar bagaikan batu karang
Cintanya tak terbayarkan dengan apapun di dunia ini,
Dia hanya ingin kedua belahan jiwanya hidup dengan penuh senyuman
Terima kasih telah memberikan yang terbaik kepada kami
Terima kasih atas perjuangan yang tak terhingga
Terima kasih atas segala pengorbanan
Terima kasih karena tetap setia
Terima kasih atas cinta dan kasih sayang……
Terima kasih untuk kisah hidup yang sangat sangat indah…..
(Untuk wanita yang tegar dalam menjalani hidup)

(Saya sangat berharap dapat bertemu dengan anda sekedar berjabatangan dan mencatat nama anda dalam perjalanan hidup saya. Anda adalah salah satu wanita yang saya inspirasikan, bukan karena anda adalah ibu dari teman saya tapi karena anda adalah wanita yang hebat dalam mejalani hidup yang keras.)

Thx to : Alice devi A

1 komentar:

Terima kasih atas kunjungannya, silahkan berkomentar ria