Senin, 21 Maret 2011

FLORES, Satu Pulau Tujuh Keunikan

Pulau Flores di Provinsi Nusa Tenggara Timur adalah salah satu kawasan yang mampu sekaligus memenuhi kebutuhan para petualang yang mencari keindahan atau keunikan: ziarah rohani, budaya, alam, bahari, ekowisata, sosial kemasyarakatan, dan lain-lain.
Dimulai dari ujung timur pulau ini, wisatawan sudah bisa menikmati keindahan alam pantai. “Menyusuri pantai sepanjang Larantuka hingga Labuan Bajo di ujung barat Flores itu sungguh merupakan sebuah pengalaman yang tak terlupakan. Kita dibuat tidak boleh mengedipkan mata,” ujar Cicilia Roehm, wanita bersuamikan Gerard Roehm, yang berasal dari Jerman.
Sebuah ungkapan yang tampaknya berlebihan. Namun, apa pun ungkapan hiperbolis yang meluncur dari mulut Cicil, dunia toh mengakui adanya sejumlah ‘keajaiban’ yang ada di tanah Flores.
Dan sebenarnya ungkapan Cicil tidak berlebihan. Sebab Flores sendiri berasal dari bahasa Portugis yang berarti “bunga”. Bersama Pulau Timor, Pulau Sumba, dan Kepulauan Alor, Pulau Flores dengan luas sekitar 14.300 km² adalah empat pulau besar di NTT, sebuah provinsi kepulauan yang memiliki 566 pulau.
Semana Santa
Paling tidak ada tujuh keunikan yang dapat ditemukan di Flores. Yang pertama adalah Semana Santa, perayaan Pekan Suci yang berpuncak pada prosesi Jumat Agung.

Ini merupakan tradisi unik peninggalan Portugis, yang masih tetap hidup di Larantuka. Setiap tahun, menjelang dan pada saat perayaan Paskah umat Katolik, kota indah di bibir pantai ujung timur Pulau Flores ini dibanjiri ribuan peziarah dari berbagai kota di pelosok Tanah Air, bahkan dari luar negeri.
Larantuka dalam sepekan itu menjadi “kota bisu”. Para peziarah seolah bergerak dalam kebisuan untuk mengikuti dengan kusyuk “tapak-tapak penderitaan hingga prosesi pemakaman Yesus” khas Larantuka.
Dalam dekade terakhir, Semana Santa Larantuka sudah masuk dalam agenda kunjungan wisata para “pencari sumber mata air kehidupan rohani”. Sejumlah biro perjalanan di Jakarta, Yogyakarta, Denpasar, Kupang, bahkan sudah rutin memasukkan Semana Santa di Larantuka ke dalam Paket Wisata Rohani tahunan mereka.
“Ziarah semacam ini perlu bagi mereka yang sedang dihinggapi kekeringan rohani,” ucap Herman Jacob, peziarah asal Jakarta.
Semana Santa, dengan berbagai ritual keagamaanya yang unik adalah salah satu pesona wisata yang ada di Larantuka. Sejatinya, ibu kota Kabupaten Flores Timur ini sendiri adalah tempat permukiman tua nan indah. Letaknya di kaki gunung Ile Mandiri (1502 meter dpl), kota ini terlindungi oleh dua buah pulau kecil di depannya, yakni Adonara dan Solor, yang hanya berjarak beberapa kilometer.
Di tengah apitan dua pulau ini terbentang sebuah lautan kecil dengan selat-selat sempit bagaikan sebuah telaga. Secara alami, Larantuka merupakan sebuah permukiman yang sangat indah.
Sebagai kota pelabuhan yang tidak terlalu besar, Larantuka memperlihatkan panorama yang dikelilingi bukit-bukit dan gunung Lewotobi ganda yang samar-samar tampak di bagian barat, sungguh memesona.
Keindahan itulah yang membuat Larantuka bagai gula yang didatangi “semut-semut” pada sekitar abad 16 dan 17, ketika berbagai pelayaran petualangan menghampiri kota ini. Bangsa Portugis dan Spanyol berlomba-lomba menghampiri tempat ini. Beberapa tempat telah disinggahi armada asing, seperti Lohayong di Solor. Di Lohayong, hingga kini masih tertinggal sebuah benteng yang didirikan Portugis guna melindungi diri dari musuh.
Selain prosesi Semana Santa yang tetap lestari hingga saat ini, kehadiran Portugis di Larantuka tetap hidup dalam wujud bahasa Portugis dan nama-nama Portugis, seperti Diaz, Riberu, Pareira, da Silva, dan lain-lain. Persentuhan budaya Portugis dan budaya lokal, yang tahun ini memasuki usianya yang ke-500 tahun, menjadi daya tarik wisata yang mengasyikkan.
Penangkapan Ikan Paus
Kembali ke kawasan timur Flores, tak jauh dari Larantuka, para petualang bahari bisa mampir sejenak ke Lamalera di Pulau Lembata untuk menyaksikan tradisi penangkapan ikan paus. Atraksi yang populer di mata wisatawan mancanegara itu sudah muncul berabad-abad silam.
Inilah warisan budaya yang tak lekang dimakan usia. Meski sudah menjadi kabupaten sendiri, Lembata bisa dimasukkan sebagai satu kawasan/paket wisata dengan Pulau Flores.
Danau Kelimutu
Masuk ke kawasan tengah Pulau Flores, para wisatawan bisa menikmati keunikan alam Danau Kelimutu yang terletak di puncak Gunung Kelimutu. Danau ini masuk dalam rangkaian Taman Nasional Kelimutu. Danau ini berada di ketinggian 1.631 meter dari permukaan laut.
Danau Kelimutu mempunyai tiga kubangan raksasa, masing-masing dengan warna yang selalu berubah tiap tahunnya. Sejumlah flora langka tumbuh subur di sekitar danau, antara lain kesambi (Schleichera oleosa), cemara (Casuarina equisetifolia) dan bunga abadi Edelweiss.
Kampung Megalitik Bena
Masih di bagian tengah Pulau Flores, tepatnya di Kabupaten Ngada, para wisatawan bisa menyaksikan sebuah bangunan megalitik yang ada di perkampungan tradisional, Bena.
Desa ini terletak di bawah kaki Gunung Inerie sekitar 13 km arah selatan Kota Bajawa. Perkampungan adat ini terkenal karena keberadaan sejumlah bangunan megalitik yang dimiliki dan tata kehidupan masyarakatnya yang masih mempertahankan keaslian perkampungan tersebut.
Taman Laut 17 Pulau
Masih di Kabupaten Ngada, Flores Tengah, wisatawan juga bisa menyaksikan keindakan Taman Wisata Alam Tujuh Belas Pulau Riung merupakan gugusan pulau-pulau besar dan kecil, dengan jumlah 17 Pulau. Kawasan ini berada sekitar 70 kilometer sebelah utara Kota Bajawa, ibukota Ngada.
Beberapa obyek wisata yang berada di dalam dan di luar kawasan TWA Tujuh Belas Pulau merupakan potensi alam yang cukup menarik untuk berbagai kegiatan wisata, baik wisata darat maupun perairan. Beberapa kegiatan wisata lama yang bisa dilakukan di kawasan ini meliputi lintas alam pantai dan panorama alam bawah laut, serta wisata bahari.
Taman Nasional Komodo
Terletak di kawasan barat Pulau Flores – tepatnya Pulau Komodo — dan masuk wilayah Kabupaten Manggarai Barat, inilah objek wisata yang sudah mendunia dan merupakan aset nasional yang tak tergantikan. Oleh Unesco kawasan ini telah ditetapkan ditetapkan sebagai Situs Warisan Alam Dunia dan Cagar Biosfir.
Komodo merupakan spesies kadal terbesar di dunia, dengan rata-rata panjang 2 – 3 meter dan berat mencapai 165 kg. Dia merupakan salah satu hewan purba yang mampu bertahan hidup sampai saat ini. Hewan ini hanya terdapat di Pulau Komodo dan beberapa pulau lainnya di Kabupaten Manggarai Barat.
Taman Nasional Komodo juga masih berpeluang masuk dalam Tujuh Keajaiban Alam yang Baru, kendati saat ini masih di urutan terbawah dari 28 finalis seluruh dunia. Penobatan Tujuh Keajaiban Alam yang Baru ini akan dilakukan tahun depan.
Manusia dan Masyarakat
Selain warisan keunikan alam, Pulau Flores juga didiami masyarakat yang sangat multikultural. Dari Larantuka di Flores Timur hingga Labuan Bajo di Flores bagian barat, kita tak dapat menemukan masyarakat yang sama, homogen. Apa yang dapat kita temukan adalah masyarakat dengan beranekaragam budaya, tradisi, dan bahasa yang berbeda-beda. Masing-masing dengan tampilan aktraksi budaya yang berbeda satu dengan yang lain.
Keunikan kehidupan masyarakat kawasan pulau ini semakin memesona ketika lima tahun lalu, di kawasan Manggarai, ditemukan “Manusia Flores”. Para peneliti mengidentifikasi penemuan mencengangkan tersebut sebagai leluhur “hobbit”, spesies mirip manusia yang diperkirakan telah menguasai Flores satu juta tahun lalu.
Para peneliti dari Australia mengatakan hominins ini mungkin telah berevolusi menjadi hobbit kecil seperti manusia, atau “Manusia Flores” yang berdiri sekitar satu meter dan memiliki tengkorak ukuran jeruk. Selain kerangka “Manusia Flores” ini, ditemukan pula artefak-artefak – 45 peralatan batu — yang menunjukkan “Manusia Flores” ini mungkin telah ada bahkan lebih awal.
Meski bernuansa akademik, penemuan ini justru menjadi menarik dari sisi panorama budaya dan masyarakat. (AD)
Sumber :Flores News

0 komentar:

Posting Komentar

Terima kasih atas kunjungannya, silahkan berkomentar ria